Jalannya Perang Teluk 1 Irak dan Iran

Perang Teluk 1
Sebelumnya saya sudah membahas bagaimana latar belakang perang teluk 1 konflik Irak-Iran di artikel sebelumnya. Kali ini saya akan mencoba menuliskan bagaimana jalannya perang teluk 1 tersebut. Mari kita simak artikelnya.

Jalannya Perang Tahun 1980- 1983 
Perang Iran Irak dimulai pada tanggal 22 September dengan serangan gabungan udara, darat dan laut yang dilancarkan oleh Irak. Strategi Irak adalah menguasai tiga sektor penting di daerah perbatasan. Pertama sektor utara, berpusat di kota Qasr-e-Shirin, Panjwin dan Mehran, kedua sektor tengah yang berpusat pada dua kota yaitu kota Dezful dan Ahvaz, Ketiga sektor selatan yang mencakup Shaat al Arab beserta kota Khorramshahr dan kota Abadan. Surmulyani (dalam Anwar, 2013, hlm. 83) menjelaskan untuk mewujudkan strategi ini Irak menerapkan strategi Blitzkrieg (sekali gempur lalu selesai).

Blitzkrieg Strategy

Tujuan dari serangan tersebut adalah Irak menuntut kedaulatan atas seluruh Shaat al Arab, ketiga pulau kecil di Selat Hormuz yang diduduki Iran sejak 1971 harus dikembalikan ke kedaulatan Arab dan Iran harus melindungi minoritas Arab di provinsi Khuzestan (Rokhman, 2015, hlm. 10). Setelah menguasai beberapa tempat Saddam Husein kemudian mengklaim bahwa daerah Iran yang dikuasainya merupakan wilayah Irak.

Diluar dugaan tentara Iran mampu memberikan perlawanan dan melancarakan serangan balik memang pada awalnya mereka kaget dengan serangan cepat Irak namun mereka sudah memprediksi hal ini, Iran menyembunyikan seluruh pelaratan militernya terutama pesawat pembom Phantom di bawah tanah sehingga saat terjadi serangan peralatan militer Iran selamat. Iran kemudian melancarkan serangan Kafka, Ashkan dan Morvaid.

Tujuan dari operasi ini untuk melumpuhkan pusat penyulingan minyak yang berada di semenanjung Faw yang terletak di hilir perairan Shaat al Arab, dengan menguasai daerah secara tidak langsung Iran dapat memotong jalur impor dan ekspor Irak. Operasi tersebut tidak hanya berhasil menghancurkan produksi minyak Irak sekaligus melumpuhkan ekonomi Irak, operasi tersebut juga berhasil menyegel semenanjung Faw dan port penting Irak dari Teluk Persia, secara tidak langsung akan mengganggu proses ekspor minyak Irak dan impor senjata, suku cadang dan peralatan tempur lainnya.


Setelah berhasil melancarkan serangan balasan, Iran berencana untuk membebaskan Abadan dari pengepungan Irak di mulai pada tanggal 22 September 1981. Iran melancarkan serangan terhadap tentara Irak yang ditempatkan di sekitar Abadan. Dua hari berselang, dua devisi infantri Iran bergerak ke Abadan melintasi sungai Bahmanshir pada malam hari, hal itu dilakukan untuk mengepung pasukan Irak. Kota Abadan, Dehloran dan Dezful- Shoush berhasil direbut oleh Iran. Tentara Iran bergerak menuju kota Khorrashahr untuk pembebasan kota ini. Iran melancarkan operasi Jerussalem yang  melibatkan 7.000 tentara, dengan menggunakan taktik gerilya dan penyergapan melalui dua arah.

Pasukan Iran berhasil mengusir pasukan Irak keluar dari daerah Ahvaz- Susangerd, dua minggu setelah peperangan pasukan Irak akhirnya mundur menuju daerah di dekat kota Khorramshahr untuk mengantisipasi penyergapan oleh pasukan Iran di kota Khorramshahr (Farok, 2011, hlm. 364).

b. Jalannya perang tahun 1983- 1988 
Pada perkembangan selanjutnya, terdapat dua hal yang terjadi (Rokhman, 2015, hlm. 10), pertama Iran melancarkan invasi ke wilayah Irak pada bulan Februari 1983, invasi tersebut mengalami kegagalan karena kuatnya pertahanan Irak, kedua setahun setelah invasi pertama tepatnya pada bulan Februari 1948 Iran melancarkan serangan. Seminggu setelah pertempuran tentara Iran berhasil menguasai daerah di sekitar jalan raya Baghdad- Basra. Pada tanggal 9 Februari 1986, Iran melancarkan operasi dengan fokus utama adalah kota Fao. Beberapa alasan Iran menguasai Fao adalah pertama dilihat dari letak geografisnya Fao terletak di semenanjung faw dan hilir dari perairan Shaat al Arab.

Jika Iran berhasil menguasai semenanjung Faw bisa dipastikan Irak akan kehilangan pintu gerbang jalur ekspor impor barang dan senjata serta kebutuhan pokok. Kedua Iran ingin menghancurkan kilang minyak Irak di semenanjung Faw, ketiga untuk memblokir bantuan senjata dari luar terutama AS, karena pada perkembangan selanjutnya AS ikut terlibat dalam perang ini dan condong membantu Irak hal tersebut berkenanaan dengan ketegangan yang telah terjadi antara AS dengan Iran, setelah tanker AS dihantam oleh Iran di sekitar pulau Farsi pada tanggal 24 Juli dan tanggal 11, 15 Agustus Iran merusak kapal AS di teluk Oman.

Disamping melibatkan AS, suku Kurdi juga menggunakan konflik Iran- Irak untuk menuntut kemerdekaan penuh di wilayah Kurdistan. Salah satu cara yang dilakukannya adalah bergabung dengan pasukan Iran untuk menggulingkan presiden Saddam Hussein. Pasukan Irak menyerang Kurdistan, Kurdistan dibantu oleh party union kurdistan (PUK), Kurdistan Democratic Party (KDP), Pasmarga dan pengikut Barzani.

 Pasukan Iran dibantu Suku Kurdi berhasil melakukan invasi ke propinsi Sulaymaniyah tapi pasukan Irak berhasil mengusir pasukan gabungan tersebut (Rokhman, 2015, hlm. 12). Saddam Hussein melancarkan serangan balasan bahkan dengan menggunakan senjata kimia yang pada saat itu merupakan hal yang baru dan mengerikan.

Berakhirnya Perang Irak-Iran 
a. Usaha PBB dalam menghentikan konflik Iran- Irak 
Upaya yang dilakukan oleh PBB adalah mengeluarkan resolusi untuk mengakhiri konflik Iran- Irak tetapi sayangnya resolusi tersebut di tolak oleh kedua belah pihak yang bertikai. Pada tanggal 24 Februari 1986 PBB mengeluarkan resolusi  yang berisi perintah untuk menghentikan pertempuran serta melakukan gencetan senjata dengan penarikan seluruh pasukan militer disertai pertukaran tawanan perang dan penyesalan penggunaan senjata kimia (Anwar, 2013, hlm. 87). Tetapi sayangnya resolusi tersebut tidak diterima dan PBB berusaha untuk mengeluarkan resolusi lainnya

b. Gencatan Senjata 
Pada tanggal 21 September 1987 presiden AS Ronald Reagen dalam  sidang majelis umum PBB dengan tegas memberikan ultimatum pada Iran untuk melakukan gencetan senjata, sayangnya ultimatum tersebut diabaikan sehingga AS menembak jatuh pesawat sipil Iran akhirnya mau tidak mau Iran menerima ultimatum tersebut dan melakukan gencetan senjata. Pada tanggal 6 Agustus Saddam Hussein Mengumukan kesiapan untuk melakukan gencetan senjata.

Tiga hari berselang Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi pembentukan united nations Iran- Iraq military observer group untuk mengawasi pelaksanaan gencetan senjata antara Iran dan Irak (Rokhman, 2015,hlm. 12). Pada tanggal 20 Agustus 1988 PBB menyatakan bahwa tanggal 24 Agustus 1988 wakil Iran Irak akan bertemu untuk memulai pembicaraan damai mereka.

Dampak Perang Teluk 1
Perang teluk I mengakibatkan hancurnysa sektor ekonomi, militer dan sosial bagi kedua belah pihak. Disamping itu perang telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit baik korban militer maupun korban sipil serta menghancurkan infrastruktur kehidupan dikedua belah pihak, bahkan dari pihak Iran mencapai 1.000.000 orang terbunuh akibat terkena senjata konvensional sedangkan dari pihak Irak diperkirakan sebesar 250.000- 500.000 orang terbunuh atau terluka (Astrid, 2011, hlm. 171).

Bagi kawasan Arab khususnya negara di kawasan Teluk Persia merasa cemas dan khawatir apabila perang Irak Iran akan menjalar ke kawasan Teluk Persia. Negara- negara di sekitar Teluk Persia merasa takut jika kapal tanker atau kapal perdagangan atau pesawat sipil terkena serangan rudal baik dari Iran maupun Irak. Kuwait sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Irak bahkan sampai harus meminta AS mengawal kapal tankernya. Selain itu perang Iran Irak juga mengganggu jalannya pertemuan komperensi Islam (OKI) di Taif karena Iran dan Irak merupakan anggota dari OKI.



Jalannya Perang Teluk 1 Irak dan Iran Jalannya Perang Teluk 1 Irak dan Iran Reviewed by Rizqi Awan on 02.30 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.