Latar Belakang Perang Teluk 1 Konflik Irak dan Iran

 Latar Belakang Terjadinya Konflik Irak- Iran 

a. Munculnya Saddam Husein Sebagai Presiden Irak 
 Ambisi Saddam Husein ingin menjadikan Irak sebagai pemimpin Timur Tengah menjadi salah satu faktor perang teluk I ini terjadi. Didukung oleh adanya kekosongan kekuasaan di Teluk Persia pasca Inggris meninggalkan Teluk tersebut, situasi tersebut cepat direspon oleh Saddam untuk menggantikan Inggris dan bersaing dengan Iran sebagai penjaga Teluk. Di samping itu semua, perang Teluk I ini merupakan salah satu  upaya pembendungan revolusi Iran agar tidak menyebar ke dunia Arab terutama Irak. Hal ini menjadi kekhawatiran sendiri bagi Saddam mengingat mayoritas penduduk Irak merupakan penganut Syiah.


Selain itu Saddam berencana menjadikan Irak sebagai penjaga Teluk Persia. Pasca Inggris meninggalkan Teluk Persia tahun 1960-an terjadi kekosongan, Amerika Serikat di bawah presiden Nixon menunjuk Shah Iran sebagai polisi di kawasan Teluk Persia. Stephen menjelaskan (1992, hlm. 8) pada tahun 1969 Iran secara sepihak membatalkan perjanjian bahwa Inggris tidak memiliki pengaruh antara Irak dan Iran dalam masalah Shaat al Arab. Dalam perjanjian tersebut Irak memiliki otoritas atas Shaat al Arab, namun karena Shah Iran sangat kuat dan berkuasa Irak tidak mampu menekan Iran. Kesempatan tersebut hadir ketika jatuhnya Shah Iran, hal ini langsung ditanggapi dengan cepat oleh Saddam Husein untuk mengambil alih tugas sebagai penjaga teluk Persia.

b. Berkobarnya Revolusi Islam Iran oleh Ayatullah Khomeini 
Perang Iran Irak tidak lepas dari upaya pembendungan ekspor revolusi Islam oleh Irak. Proses penyebaran revolusi banyak mendapatkan tantangan dari penguasa di kawasan Arab dan dunia. Irak menjadi negara Arab yang terdepan menentang pola pemerintahan seperti Iran. Sebelum meletusnya revolusi Iran merupakan negara dengan bentuk monarki, namun saat terjadi pergolakan pada bulan Januari 1979 sistem monarki tersebut berakhir.

Sebulan berselang di bawah kepemimpinan Imam Ayatullah Khomeini, Iran menjadi sebuah negara republik dengan nama resmi republik Islam Iran. Revolusi Iran telah membawa pengaruh yang besar, tidak hanya dalam negeri revolusi ini juga membawa pengaruh luar negeri yaitu timbulnya kekhawatiran bagi negara- negara tetangga Iran, mereka takut Khomeini akan menginspirasi revolusi serupa pada populasi Syi‟ah di negara mereka. Salah satu negara yang menjadi tujuan ekspor revolusi Iran adalah Irak di bawah pemerintahan Saddam Husein.


Revolusi Islam di Iran mencemaskan rezim Sadam Husein, dikarenakan lebih dari 60% penduduk Irak merupakan penganut Syia‟ah, pemerintah kemudian melakukan pengawasan yang ketat terhadap umat Syi‟ah di Irak (Iswati, 2013, hlm. 31). Untuk membendung pengaruh revolusi Islam Iran, Saddam Husein sampai harus mendeportasi ribuan warga Iran dari Irak.

c. Sangketa Perairan Shaat al Arab 
Rokhman (2015, hlm. 6) memaparkan bahwa sangketa perairan Shaat al Arab menjadi salah satu pemicu terjadinya perang teluk I. Problematika batas wilayah Iran- Irak mengenai perairan Shaat al Arab yang sebenarnya sudah diatur oleh perjanjian Aljazair tahun 1975, gagalnya perjanjian ini turut menyumbangkan pecahnya perang Teluk I. Shaat al Arab memiliki peranan penting bagi Iran maupun Irak, karena Shaat al Arab bukan hanya memiliki letak yang strategis sebagai  jalur untuk ekspor dan impor, jalur ini juga merupakan jalur perdagangan dan daerah yang kaya dengan minyak bumi. Karena alasan tersebut baik Iran dan Irak saling claim atas perairan Shaat al Arab.

Masalah Shaat al Arab sebenarnya sudah ada sejak perebutan antara kerajaan Ottoman dengan kerajaan Persia. Ketika Irak merdeka terjadi masalah dalam meletakan batas wilayahnya, sehingga pada tahun 1975 atas inisiatif dari presiden Aljazair, Houari Boumedienne diadakan perjanjian yang membahas masalah perbatasan antara Irak dan Iran. Irak diwakili oleh Saddam Husein sementara Iran diwakili oleh Mohammad Reza Pahlevi. Perjanjian tersebut dikenal dengan nama perjanjian Aljazair.

Pada tanggal 17 September 1980, Presiden Irak Saddam Husein membatalkan perjanjian ini dengan dua alas an, pertama Iran telah melanggar salah stau pasal penting dari persetujuan Aljazair ditambah dengan kegiatan- kegiatan agresi terhadap Irak, kedua Iran menolak dikembalikannya daerah- daerah Irak yang dikuasi oleh Iran, karena alasan ini Irak melakukan serangan militer gabungan darat, udara dan laut.

d. Gesekan Antara Sunni dan Syi‟ah 
Konflik agama (sekte) dalam problematika Iran- Irak memberikan kontribusi pecahnya permusuhan karena jauh rezim Syi‟ah di Iran mengajak orang- orang Syi‟ah di Irak memberontak dan menumbangkan Saddam Husein sebab partai Ba‟ath dan Saddam Husein dianggap anti Islam di negri yang mayoritas penduduknya Islam. Munculnya gesekan antara Sunni dan Syi‟ah terjadi pasca meninggalnya nabi Muhammad terjadi perselisihan siapakah yang akan menjadi penerus kepemimpinan Islam, dari masalah tersebut nama Syi‟ah menjadi semakin terkenal ditambah lagi dengan mekarnya Syi‟ah menjadi beberapa sekte kecil.

Pada awal abad ke 4 H sekte Qaramithah berhasil mendirikan daulah Qaramithah di Yaman, hal ini juga terjadi di Irak dan Persia, sekte Itsna „Asyariyah berhasil menguasai daerah tersebut. Irak kemudian berhasil dikuasai oleh Turki Seljuk yang bermazhab Ahlussunnah dan menyelamatkan Irak dari kekuasaan Syi‟ah tetapi mereka tidak berhasil menyelamatkan masyarakat Irak dari sekte Syi‟ah. Hingga sekarang hal tersebut merupakan akar mengapa masyarakat Irak mayoritas Syi‟ah sedangkan penguasanya merupakan Ahlussunnah (Sunni) (Farok, 2011, hlm. 30).


Nah itulah latarbelakang terjadinya perang teluk 1 antara Irak dengan Iran, untuk artikel selanjutnya yaitu mengenai Jalannya perang teluk 1 Irak dan Iran silahkan diklik link tersebut.

Latar Belakang Perang Teluk 1 Konflik Irak dan Iran Latar Belakang Perang Teluk 1 Konflik Irak dan Iran Reviewed by Rizqi Awan on 03.11 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.