Kerajaan Samudra Pasai dan Keruntuhannya
Latar Belakang Berdirinya Kerajaan
Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan Samudera Pasai yang strategis, mendukung aktivitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan untuk:
1) Menambah perbekalan pelayaran selanjutnya
2) Mengurus masalah – masalah perkapalan
3) Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4) Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.
Namun Setelah kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka. Dengan beralihnya pusat perdagangan ke Bandar Malaka maka perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya yang lebih strategis dibanding bandar-bandar di Samudra Pasai.
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam yang
terletak di pesisir pantai utara Sumatera, sekitar Kota Lhokseumawe, Aceh Utara
Provinsi Aceh. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Meurah Silu, yang
bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267. Keberadaan Kerajaan Samudera Pasai juga tercantum
dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Ibnu Batuthah
(1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345.
Berdasarkan Hikayat Raja-raja Pasai tentang
pendirian Pasai oleh Meurah Silu, setelah
sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik
al-Nasser/Nazimuddin Kamil. Nazimuddin al-Kamil juga mendirikan satu kerajaan
di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai
hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Beliau mengangkat Meurah Silu sebagai Raja Pasai
pertama. Setelah naik tahta Marah Silu berganti nama dan bergelar Sultan Malik
As-Saleh. Meurah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut
dengan Semerlanga/Samara kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan Malik
as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau 1297 M.
Adanya berita tentang kerajaan Samudera Pasai yang
ditulis oleh Ibnu Batutah semakin memperjelas keberadaan kerajaan Samudra Pasai
di mana ia berkunjung ke kerajaan Pasai sekitar tahun 1345-1346 M. Ketika
sampai di pelabuhan Samudera Pasai, Ibnu Batutah dijemput oleh laksamana muda
yang bernama Bohruz. Oleh Bohruz dibuatkan berita kedatangan Ibnu Batutah dan
diberikannya pada raja. Raja Samudera Pasai saat itu ialah Sultan Muhammad,
yaitu cucu dari Sultan Malik As-Shaleh. Sultan Muhammad mengundang Ibnu Batutah
ke istana. Setelah itu, Batutah melanjutkan lagi perjalanan ke Cina.
Kehidupan Politik
Berdasarkan data dari Marcopolo dan ibnu Batutah,
raja pertama sekaligus yang mendirikan
kerajaan Samudera Pasai adalah Meurah Silu yang kemudian setelah naik tahta
menjadi raja bergelar Sultan Malik As-Shaleh. Setelah Sultan Malik As-Shaleh
meninggal dunia, maka kendali pemerintahan dipegang oleh anaknya dari hasil
perkawinan dengan putri raja Perlak yang bernama Sultan Muhammad Az-Zahir yang
memerintah dari tahun 1298-1326 M. pada masa ini, Samudera Pasai telah memiliki
uang koin emas sebagai salah satu mata uang yang dipakai dalam perekonomian
masyarakat Samudera Pasai. Selain itu, sektor perdagangan sangat maju di
Samudera Pasai. Kerajaan ini juga menjadi pusat dakwah agama Islam saat itu.
Dalam perkembangannya sistem pertahanan dan
kekuasaan kerajaan semakin kuat, Samudera Pasai kemudian meluaskan wilayah
kekuasaannya ke daerah pedalaman, seperti: Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga,
Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi,
Tukas, Pekan. Dengan perluasan wilayah tersebut bertujuan Islamisasi di daerah
pedalaman.
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat di Kerajaan Samudera
Pasai ini bersumber dari perdagangan dan pelayaran. Hal tersebut disebabkan
karena Kerajaan Samudera Pasai berada di dekat Selat Malaka yang menjadi jalur
utama pelayaran dunia saat ini. Samudera Pasai memanfaatkan Selat Malaka untuk
menghubungkan berbagai pedagang yang berasal dari Arab, India dan China. Komoditas
yang menjadi primadona dari kerajaan ini ialah lada, emas, dan juga kapur
barus. Kemudian untuk memudahkan sistem perdagangan antar pedagangan kerajaan
Samudera Pasai menciptakan uang logam yang terbuat dari emas yang dikenal dengan anam dirham.
Selain itu Samudera Pasai juga menyiapkan beberapa
bandar-bandar dagang yang digunakan untuk menambah perbekalan dalam berlayar
selanjutnya, mengumpulkan barang dagangan untuk dijual ke luar negeri, mengurus
masalah perkapalan dan menyimpan barang-barang perdagangan sebelum diantar ke
beberapa tempat di wilayah nusantara.
Kehidupan Sosial-Budaya
Selain hanya berdagang, para
pendatang juga ada yang menetap sementara waktu di daerah Pasai. Sehingga para
pedagang dari berbagai negara pun saling bergaul dan juga menyebarkan berbagai
budaya dari daerah mereka masing-masing. Dengan demikian budaya masyarakat
Kerajaan Samudera Pasai semakin banyak dan banyak lahir karya-karya sastra
disana yang bernuansa Islam.
Corak arsitektur yang terdapat di
Sumatera sendiri pun kebanyakan juga bernuansa Islam. Hal tersebut dibuktikan
dengan ditemukannya pahatan-pahatan yang terdapat di batu nisan makam Raja-raja
Kerajaan Samudera Pasai. Selain itu banyak juga karya-karya sastra dan
buku-buku Islam yang dikarang oleh para ilmuan-ilmuan Pasai. Contohnya seperti
Hikayat Raja-raja Pasai.
Masa Kejayaan
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaannya
pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Zahir. Puncak kejayaan di bawah pimpinan
Sultan Malik al Tahir ini dikuatkan dalam catatan Ibnu Batutah, dimana dalam
catatan tersebut diketahui bahwa Kerajaan Samudera Pasai memiliki
wilayah-wilayah dengan tanah yang subur, serta aktivitas bisnis dan perdagangan
kerajaan amat maju dengan penggunaan mata uang yang terbuat dari emas.
Dalam catatan Ibnu Batutah juga diketahui bahwa
Sultan Malik al Tahir merupakan sosok pemimpin yang memiliki semangat tinggi
dalam mempelajari ilmu-ilmu Islam. Di puncak kejayaannya ini, Samudera Pasai
menjadi pusat perdagangan internasional yang dikunjungi pedagang juga saudagar
dari berbagai belahan dunia, seperti Asia, Afrika, Cina, maupun Eropa. Kerajaan
Samudera Pasai juga menjadi pusat perkembangan agama Islam.
Masa Keruntuhan
1. Faktor Interen Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a. Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal
Setelah Sultan Malik At Thahrir
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan
pada masa pemerintahan Sultan Malik At Tahrir, sistem pemerintahan Samudera Pasai
sudah teratur baik, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan internasional.
Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, China, dan Eropa berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap dalam meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran penyebaran agama Islam diambil alih oleh kerajaan Aceh.
Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, China, dan Eropa berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap dalam meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran penyebaran agama Islam diambil alih oleh kerajaan Aceh.
b. Terjadi Perebutan kekuasaan
Pada
tahun 1349 Sultan malik al Tahir meninggal dunia dan digantikan putranya yang
bernama Sultan Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir. Bagaimana pemerintahan
Sultan Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya menjelang akhir abad
ke-14 Samudra Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karena terjadinya
perebutan kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina.
Beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang dilakukan sekelompok orang yang ingin memberontak kepada pemerintahan kerajaan Samudra Pasai. Karena pemberontakan ini, menyebabkan beberapa pertikaian di Kerajaan Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara yang membuat pertumpahan darah yang sia-sia.
Beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang dilakukan sekelompok orang yang ingin memberontak kepada pemerintahan kerajaan Samudra Pasai. Karena pemberontakan ini, menyebabkan beberapa pertikaian di Kerajaan Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara yang membuat pertumpahan darah yang sia-sia.
2.
Faktor Ekstern kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a.
Serangan dari Majapahit Tahun 1339
Patih Gajah Mada rupanya sedikit
terusik mendengar kabar tentang kebesaran Kerajaan Samudera Pasai di seberang
lautan sana. Majapahit khawatir akan pesatnya kemajuan Kerajaan Samudera Pasai.
Oleh karena itu kemudian Gajah Mada mempersiapkan rencana penyerangan Majapahit
untuk menaklukkan Samudera Pasai. Desas-desus tentang serangan tentara
Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap kerajaan Islam Samudera
Pasai santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh. Ekspedisi Pamalayu armada
perang Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih Gajah Mada memulai aksinya
pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Selain alasan faktor politis,
serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga karena faktor kepentingan
ekonomi. Kemajuan perdagangan dan kemakmuran rakyat Kerajaaan Samudera Pasai
telah membuat Gajah Mada berkeinginan untuk dapat menguasai kejayaan itu.
Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah Samudera Pasai telah
dilakukan berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu bertahan
sebelum akhirnya perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya pengaruh
Majapahit di Selat Malaka.
b. Berdirinya Bandar Malaka yang
Letaknya Lebih Strategis
Tercatat, selama abad 13 sampai
awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah satu kota di wilayah Selat
Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Pasai menjadi pusat
perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor
utama.
Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan Samudera Pasai yang strategis, mendukung aktivitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan untuk:
1) Menambah perbekalan pelayaran selanjutnya
2) Mengurus masalah – masalah perkapalan
3) Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4) Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.
Namun Setelah kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka. Dengan beralihnya pusat perdagangan ke Bandar Malaka maka perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya yang lebih strategis dibanding bandar-bandar di Samudra Pasai.
c. Serangan Portugis
Orang-orang Portugis memanfaatkan
keadaan kerajaan Samudra Pasai yang sedang lemah ini karena adanya berbagai
perpecahan (kemungkinan karena politik / kekuasaan) dengan menyerang kerajaan
Samudra Pasai hingga akhirnya kerajaan Samudra Pasai runtuh. Sebelumnya memang
orang-orang Portugis telah menaklukan kerajaan Malaka, yang merupakan kerajaan
yang sering membantu kerajaan Samudra Pasai dan menjalin hubungan dengan
kerajaan Samudra Pasai.
Peninggalan Kerajaan
1. Koin Dirham
Koin-koin ini merupakan alat transaksi pembelian
pada saat Samudera Pasai. Koin dirham ini terbuat dari campuran emas, perak,
dan tembaga. Ada dua nilai mata uang dirham saat itu yang diterbitkan, yaitu 1
dirham dan setengah dirham. Di sisi koin ini terdapat aksara arab yang
bertuliskan Muhammad Malik Az-Zahir dan di sisi lainnya bertuliskan Al-Sultan
Al-Adil.
2. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
Naskah surat Sultan Zainal Abidin merupakan surat
yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin sebelum meninggal pada tahun 1518 Masehi
atau 923 Hijriah. Surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran yang bertindak atas
nama wakil Raja Portugis di India. Isinya menjelaskan mengenai keadaan
Kesultanan Samudera Pasai pada abad ke-16. Selain itu, dalam surat ini juga
menggambarkan tentang keadaan terakhir yang dialami Kesultanan Samudera Pasai
setelah bangsa Portugis berhasil menaklukkan Malaka pada tahun 1511 Masehi.
3. Stempel Kerajaan
Stempel
ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir yang merupakan Sultan Kedua
Kerajaan Samudera Pasai. Dugaan tersebut dilontarkan oleh tim peneliti sejarah
kerajaan Islam. Stempel ini ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera,
Kabupaten Aceh Utara.
Sumber:
Hapsari, Ratna dan Adil. (2016). Sejarah Indonesia untuk SM/MA kelas X.
Jakarta: Erlangga
Daliman, A. (2012). Islamiasi dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia.
Yogyakarta: Ombak
http://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-samudera-pasai
http://hisham.id/2015/05/faktor-penyebab-kemunduran-kerajaan-samudera-pasai.html
Kerajaan Samudra Pasai dan Keruntuhannya
Reviewed by Rizqi Awan
on
07.49
Rating:
Tidak ada komentar: