Sejarah Perang Banten terhadap VOC Terlengkap
Letak
Geografis Banten
Banten merupakan salah satu daerah yang berada di pulau
Jawa. Banten berbatasan dengan wilayah Jakarta. Pada abad ke 16 Banten
merupakan salah satu bandar perdagangan terbesar di Nusantara. Setelah
dikuasainya Malaka pada tahun 1511 M, pelabuhan Banten semakin ramai di
kunjunjugi oleh para pedagang dari timur dan barat. Para pedagang atau
penjelajah Eropa di bawah pinpinan Cornelis Dehoutman awalnya di terima baik
oleh penguasa banten yang bernama Maulana Muhammad. Namun karena sikap rakus
dan keinginan untuk memonopoli bandar perdagangan di Banten orang-orang Belanda
tersebut kemudian diusir oleh Sultan dan rakyat Banten.
Letak Banten di dekat Selat Sunda sebagai pintu
gerbang alternatif bagi pelayaran dari Barat sejak awal abad ke-17 M.
Pengangkutan rempah-rempah dari Maluku ke Banten terutama yang sering dilakukan
oleh pedagang Jawa telah menjadi catatan sejarah yang cukup panjang dalam
pelayaran ke daerah penghasil rempah-rempah itu. Di Banten terdapat koloni
bangsa Arab, Turki, Gujarat, Siam, Parsi. Disamping itu, ada pula perkampungan
Melayu, Ternate, Banda Bugis, Banjar, Makassar dan lainnya.
Oleh karena Banten menjadi pelabuhan pelayaran dari
Utara, khususnya Cina, tidak sedikit pula pengaruh pedagang Cina di pelabuhan
Banten. Mereka memberikan pinjaman untuk jual beli komoditi, menjadi pedagang
ataupun pengecer. Barang-barang sutra dan porselin didatangkan dari Cina. Meskipun
Banten menjadi penguasa pasar di Nusantara, penguasa Banten tidak menghendaki
adanya Monopoli dari para pedagang yang berdagang di pelabuhan tersebut.
Perang
Melawan VOC (Kongsi Dagang Belanda)
Perkembangan Banten sebagai kota pelabuhan terbesar
di Nusantara, membuat VOC ingin menguasainya. Kongsi dagang Belanda (VOC)
seringkali melakukan blokade-blokade terhadap kapal-kapal dari Cina, Maluku
yang akan menuju ke Banten. Pada bulan November 1633 terjadi peperangan antara
Banten dan VOC. Orang-orang Banten beroperasi di laut sebagai perompak dan di
daratan sebagai perampok untuk mengganggu kapal dagang VOC.
Menghadapai pasukan Banten, VOC memperkuat Batavia
dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan, salah satu dari benteng tersebut
bernama Benteng Noordwijk. Benteng-benteng tersebut digunakan untuk menahan
serangan dari pasukan Banten. Sedangkan untuk mempertahankan pertahanan di
Banten, Sultan Ageng Tirtayasa membangun saluran irigasi yang membentang dari
ujung Sungai Ujung Jawa sampai Pontang. Saluran irigasi berfungsi untuk
memudahkan transportasi perang, selain daripada fungsinya sebagai pengair
(saluran air) tanaman padi. Perang berlangsung selama kurang lebih 3-6 tahun. Gencatan
senjata dilakukan pada tahun 1636 dan penandatanganan perdamaian dilakukan
setelah 3 tahun kemudian. Perang ini berlanjut sampai pada masa pemerintahan
Sultan Haji.
VOC
Mengintervensi Sultan Haji
Sejak Sultan Ageng Tirtayasa memimpin Banten dan
Sultan Haji (anaknya) diangkat sebagai Sultan Muda yang bertugas
mendampinginya. Sebagai Sultan Muda, Sultan Haji bertanggungjawab untuk mengurusi
dalam negeri, sementara Sultan Ageng Tirtayasa mengurusi hal yang berkaitan
dengan hubungan luar negeri dibantu dengan puteranya yang lain, yaitu Pangeran
Arya Purbaya. Dualisme tata pemerintahan tersebut, membuat Belanda menghasut
Sultan Haji agar urusan pemerintahan di Banten tidak dipisah-pisah dan jangan
sampai Pangeran Purbaya-lah yang akan menjadi pemimpin di Kesultanan Banten.
Tanpa berfikir panjang, persekongkolan antara Sultan
Haji dan VOC terjadi di mana persekongkolan itu untuk menguasai Kerajaan Banten
dan seisinya. Dalam kongkalikong tersebut VOC mau membantu Sultan Haji untuk
merebut Kesultanan Banten, namun dengan beberapa syarat, diantaranya:
a. Perdagangan lada di Banten akan menjadi kuasa VOC
dan mengusir para pedagang dari India, Cina dan Persia.
b. Banten harus menyerahkan Cirebon kepada kompeni
VOC.
c. Pasukan Banten yang menguasai pantai agar ditarik
kembali.
Syarat tersebut kemudian dipenuhi oleh Sultan Haji.
Perang
Sultan Ageng Tirtayasa Melawan Sultan Haji dan VOC
Pada 27 Februari 1682 pecahlah perang saudara,
pasukan Sultan Ageng Tirtayasa menyerbu Surosowan, di mana Sultan Haji
bersemayam. Loji pertahanan Sultan Haji dipertahankan bersama pasukan VOC di
bawah pimpinan Caeff sambil menunggu bantuan dari Batavia. Bala bantuan itu
datang dan berhasil membebaskan loji dari kepungan Sultan Ageng. Sultan Haji
dan VOC menyerang balik pasukan Sultan Ageng Tirtayasa. Penyerangan tersebut
membuat pasukan Banten mengungsi ke Ciapus, Pagutan dan Jasinga.
Pada 28 Desember pasukan Jonker, Tack, dan Michielsz
menyerang Pontang, Tanara dan Tirtayasa. Ledakan-ledakan menghancurkan
Tirtayasa, Sultan Ageng Tirtayasa menyelamatkan diri ke pedalaman. Pihak VOC
berusaha beberapa kali mencari Sultan Ageng Tirtayasa untuk mengentikan peperangan
dan menyatakan diri untuk takluk di bawah VOC.
Akhir
Perang Saudara
Penyerahan Sultan Ageng Tirtayasa menguatkan
kedudukan Sultan Haji, berdasarkan perjanjian yang telah disepakati hubungan Kerajaan
Banten dan kerajaan lainnya banyak dibatasi oleh VOC dan pelabuhan dagang
dikuasai VOC. Peperangan ini menghancurkan benteng Surosowan di mana benteng
terseut terletak di kecamatan Kasemen, Kota Serang.
Sumber:
Kartodirjo, S. (2014). Pengantar Sejarah Indonesia Baru
1500-1900 Dari Emporium Sampai
Imperium. Yogyakarta: Ombak
Sejarah Perang Banten terhadap VOC Terlengkap
Reviewed by Rizqi Awan
on
18.56
Rating:
Tidak ada komentar: