4 Kerajaan Islam di Kalimantan

Kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan

Masuknya Islam ke Kalimantan melalui dua arah, yang pertama dari arah Barat dan yang kedua dari arah selatan. Islam yang masuk dari arah Barat datang dari Malaka, sementara Islam yang masuk ke kalimantan melalui arah Selatan datang dari Jawa.

Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada 1511 membawa akibat pada perkembangan Islam yang lebih luas dan lebih jauh lagi. Pedagang-pedagang Islam dari Malaka, kemudian mengambil pemukiman baru serta melakukan perniagaan ke daerah-daerah Indonesia bagian yang lebih Timur lagi.

Banyak pedagang-pedagang Islam dari Malaka yang pindah dan menetap di pesisir Kalimantan Barat. Sejak awal daerah ini merupakan penghasil dan pusat perdagangan intan. Pada akhirnya di Kalimantan Barat berdiri kerajaan Islam, Kerajaan Brunei di bagian sleatan pesisir Kalimantan Barat berdiri Kerajaan Islam Sukadana.

Kerajaan Islam di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dilakukan oleh orang-orang Islam yang datang dari Jawa. Guru-guru agama dikirim oleh Kerajaan Demak untuk menyiarkan agama Islam di daerah tersebut.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa ada sedikitnya 4 Kerajaan Islam yang pernah berdiri di Kalimantan, yaitu:

1.  Kerajaan Brunei
Kerajaan Islam di Kalimantan yang pertama yaitu Kerajaan Brunei, kerajaan ini berdiri pada awal abad ke 16. Kerajaan ini terletak di pesisir Barat Kalimantan Utara. Pengaruh dari Kerajaan Brunei sampai ke Filipina. Banyak mubaligh yang juga dikirim ke pulau-pulau Filipina Selatan.
Lokasi kerajaan Brunei dalam lintas perdagangan cukup penting. Pada tahun 1530 bangsa Portugis datang kepada Sultan Brunei untuk meminta diperkenankan membuka kembali hubungan dagang dengan Malaka setelah putus akbiat Malaka direbutnya pada tahun 1511. Sultan Brunei memperkenankan permintaan orang-orang Portugis tersebut yang pada akhirnya lalu lintas perdagangan di pelabuhan Brunei semakin ramai.

Pelaut Spanyol, Legaspi yang mendarat di Filipina pada tahun 1565 menjumpai agen Sultan Brunei di sana. Barang-barang perdagangan yang diperjual belikan antara lain tembaga, timah, proselin, katun dan besi. Brunei banyak mengekspor baja. Diketahui bahwa kekuasaan Kerajaan Brunei meluas sampai ke Serawak, Mindanao dan Luzon. Melihat perkembangan kekuasaan Brunei saat itu, Raja Spanyol Filip V memerintahkan kepada De Sande (raja muda Spanyol di Filipina) untuk menuntut kepada Sultan Reksar dari Brunei agar menghentikan kegiatannnya dalam menyebarkan agama Islam di Filipina.

Dengan kekuatan angkatan laut yang kuat De Sande berhasil mengusir Sultan Reksar dan Sultan mengundurkan diri ke pegunungan. Pada April 1578, De Sande menyatakan bahwa sejak saat itu Kalimantan menjadi milik Spanyol.

Angakatan perang Portugis membantu Sultan Brunei untuk mengusir koloni Spanyol. Dnegan dibantu Portugis pada kahirnya Sultan Reksar berhasil mengusir Spanyol dari Brunei dan dapat merebut kembali kekuasaannya. Tetapi tidak lama kemudian Spanyol dapat menguasai wilayah Brunei kembali. Kekuatan Spanyol di wilayah Brunei berakhir ketika Belanda datang ke Indonesia, namun karena fokus perhatian Belanda lebih kepada pulau Jawa, wilayah kekuasaan Brunei direbut oleh Inggris.

2. Kerajaan Sukadana
Kerajaan Islam di Kalimantan yang kedua, yaitu Kerajaan Sukadana. Nama kerajaa ini diambil dari lokasi ibu kota kerajaan tersebut yaitu kota Sukadana. Kerajaan Sukadana terletak di bagian barat daya Pulau Kalimantan. Kota Sukadana merupakan pusat perdagangan intan di Kalimantan Barat. Penyiaran Islam ke daerah kerajaan ini banyak dilakukan oleh guru-guru agama Islam yang datang dari Jawa disamping dari Malaka atau dari Palembang.

Pada sekitaran tahun 1600 daerah sepanjang pantai telah dapat diIslamkan seluruhnya. Perkembangan Islam yang pesat itu berkat jasa seorang mubaligh yang bernama Syekh Syamsuddin. Raja Sukadana pada waktu itu bernama Sultan Muhammad Safiuddin. Semula Kerajaan Sukadana berkedudukan sebagai bagian dari Kerajaan Majapahit. Setelah Majapahit jatuh dan digantikan oleh Kerajaan Demak, maka Kerajaan Sukadana dengan sendirinya menjadi bagian dari Kerajaan Islam Demak.

Pada awal abad ke-17, Sukadana berada di bawah kekuasan Surabaya. Setiap tahun Sukdana harus menyerahkan upeti kepada Surabaya sampai saat Surabaya ditaklukkan oleh Mataram pada 1622. Pada perjalanan abad ke-17, secara ekonomi Sukadana makin terbebas dari Jawa sehingga Mataram tidak dapat menarik lagi keuntungannya atas penaklukannya pada tahun 1622.

3. Kerajaan Banjarmasin
Kerajaan Islam di Kalimantan yang selanjutnya yaitu kerajaan Banjarmasin. Islam masuk ke Kalimantan Selatan berdasarkan pola hubungan atasan dan bawahan, yakni Jawa sebagai negara atasannya dan Kalimantan Selatan sebagai bawahannya yang harus hormat dan tunduk kepada negara induknya.

Islam di Kalimantan Selatan dikisahkan dalam Hikayat Banjar. Pada masa itu Nagara Daha diperintah oleh Maharaja Sukarama. Setelah meninggal ia digantikan oleh Pangeran Tumenggung. Tetapi tak lama kemudian terjadi perselisihan antara Pangeran Tumenggung dengan Raden Samudera, cucu Maharaja Sukarama yang lebih berhak atas takhta kerajaan. Hikayat Banjar mengisahkan bahwa Raden Samudra meminta bantuan Raja Demak dengan perjanjian akan masuk dan memeluk agama Islam beserta seluruh pengikutnya. Dengan bantuan kerajaan Demak, Pangeran Tumenggung dapat dikalahkan dan Raden Samudra pun menepati janjinya untuk memeluk agama Islam.

Diceritakan bahwa yang datang dan menyebarkan agama Islam kepada Raden Samudra beserta pengikutnya adalah para penghulu Demak. Setelah masuk Islam, Raden Samudra mengganti namanya menjadi Sultan Suryanullah. Sistem perekonomian kerajaan Banjarmasin berasal dari perdagangan.

Sampai pertengahan abad ke-16 hubungan perdagangan antara Demak dan Banjarmasin cukup ramai. Baik musim kemarau atau musim penghujan pelayaran antara anjarmasin dnegan Jawa tidak pernah terputus. Pelayaran diantara keduanya dilakukan dengan perahu-perahu layar.

Hubungan antara Banjarmasin dengan Jawa terlihat juga dalam kebudayaannya. Banyak ungkapan-ungkapan setempat yang bercampur dengan bahawa Jawa begitupun dnegan seni pertunjukkan rakyat banyak yang memperlihatkan adanya pengaruh dari Jawa. Dan bukti paling nyata adanya pengaruh tersebut terlihat dari tulisan-tulisan dalam bahasa Jawa yang terpahat pada balok-balok kayu yang menjadi bagian dari suatu istana seorang Raja Banjar di Martapura.

Dalam struktur pemerintahannya, seorang Mangkubumi merupakan orang yang paling berkuasa dalam menjalankan pemerintahan setelah raja. Dia didampingi oleh seorang pangiwa dan seorang panengen.

4. Kerajaan Kutai Kartanegara
Kerajaan Islam di Kalimantan yang terakhir ini memiliki nama kerajaan Kutai Kartanegara. Islam masuk ke Kalimantan Timur bukan dalam masa perpecahan dan perebutan kekuasaan seperti halnya di Kalimantan Selatan. Kerajaan Kutai Kartanegara banyak diceritakan dalam Hikayat Kutai. Dalam hikayat tersebut adanya hubungan antara Kutai dengan Majapahit.

Perkembangan Islam di Kalimantan Timur menjadi lebih pesat dengan datangnya dua orang mubalig dari Makassar pada masa pemerintahan Raja Mahkota. Kedua mubalig itu bernama Dato ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Karena meras kalah dalam kesaktiannya maka Rajak Mahkota akhirnya masuk Islam. Proses Islamisasi di Kutai dan skeitarnya diperkirakan berlangsung pada sekitar 1975.





Sumber:
Daliman, A. (2012). Islamiasi dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Yogyakarta: Ombak

4 Kerajaan Islam di Kalimantan 4 Kerajaan Islam di Kalimantan Reviewed by Rizqi Awan on 06.55 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.