Proses Islamisasi di Maluku

Penyebaran Agama Islam di Maluku-Awal kedatangan Islam di Kepulauan Maluku termasuk Maluku Utara (Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo) masih merupakan perdebatan akademis yang terus berlanjut hingga saat ini. Perdebatan itu bukan saja karena landasan teoritis, proposisi dan asumsi-asumsi yang berbeda dari para pakar sejarah, tetapi juga karena langkahnya dokumen tertulis berupa arsip yang bisa menjelaskan awal kedatangan agama tersebut. 

Kedatangan Islam di Maluku (termasuk Maluku Utara) melalui jalur perdagangan laut dan dilakukan dengan cara-cara damai. Maluku menjadi begitu penting dalam jaringan perdagangan laut (dunia) karena menghasilkan cengkih dan pala di mana dua tanaman itu merupakan dua komuditi dagangan yang sangat dibutukan ketika itu.

Masuknya agama Islam di Maluku dan Maluku Utara  melalui jalur perdagangan laut, maka menurut hal itu harus ditelusuri pada wilayah-wilayah yang menjadi Bandar perniagaan cengkih dan pala ketika itu. Bandar-bandar itu adalah Ternate dengan cengkihnya dan Banda dengan buah palanya. Selain itu perlu dicari pula di daerah jazirah Leihitu pulau Ambon yang merupakan pelabuhan transit baik ke utara (Ternate) maupun ke Selatan (Banda).   

Sebelum kedatangan bangsa Portugis (1512) dan Belanda (1602). Para pedagang dari Cina, Arab dan India telah lebih dahulu datang dan berdagang di Maluku. Orang-orang Maluku terutama di pusat-pusat perdagangan seperti; Banda, Hitu dan Ternate telah menggunakan huruf arab (arab melayu) dalam beberapa naskah tua, seperti Hikayat Tanah Hitu, Hikayat Ternate, Kronik Bacan dan Hikayat Tanah Lonthor (Banda) yang telah hilang.  

Ini semua mengindikasikan, bahwa orang Maluku sebelum mengenal huruf latin yang dibawah oleh Portugis dan Belanda, mereka telah mengenal dan menggunakan huruf Arab dalam berbagai surat menyurat. Bahkan mereka telah menggunakan angka-angka Arab dalam berbagai transaksi dagang.

Masuknya agama Islam di Maluku Utara menurut M.S.Putuhena dalam artikelnya berjudul “Sejarah Agama Islam Di Ternate”(1970: 264) berdasarkan tradisi lisan setempat bahwa pada akhir abad ke-2 Hijriah (abad ke-8M) telah tiba di Maluku Utara empat orang syeh dari Irak (Persia). Kedatangan mereka dikaitkan dengan pergolakan politik di Irak yang mengakibatkan golongan Syiah dikejar-kejar oleh penguasa, baik bani Umaiyah maupun bani Abasiyah. Keempat orang yang membawa faham syiah itu lalu pergi menyelamatkan diri menuju ke dunia Timur dan akhirnya tiba di Maluku Utara. Mereka itu adalah Syeh Mansur yang mengajarkan agama Islam Di Ternate dan Halmahera Muka.

Selanjutnya disebutkan bahwa setelah meninggal Ia dikuburkan di puncak Gamala Ternate.  Kemudian Syeh Yakub mengajarkan agama Islam di Tidore dan Makian, dan setelah meninggal dikuburkan di puncak Kie Besi (gunung besi) di pulau Tidore. Sedangkan Syeh Amin dan Syeh Umar mengajarkan agama Islam di Halmahera Belakang,  Patani, Maba dan sekitarnya. Kedua tokoh ini selanjutnya kembali ke Irak.  

Tradisi lisan yang hampir sama ditemukan juga di Provinsi Maluku, khususnya di Banda Neira dan Jazirah Laihitu Pulau Ambon. Tradisi lisan di Banda Neira menyatakan bahwa Islam masuk ke Banda Neira melalui orang asing yang bernama Syeh Abubakar Al Pasya yang berasal dari Persia (Irak dan Iran). Kehadirannya dikaitkan juga dengan pergolakan politik yang terjadi di Irak yakni peristiwa peralihan kekuasaan dari Bani Umayyah ke tangan Bani Abasiyah yang terjadi pada tahun 132H atau 750M. Ketertarikan masyarakat Banda terhadap Syeh Abubakar Al Pasya karena yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk menurunkan hujan pada musim kemarau berkepanjangan di Banda Neira. 

Di Jazirah Leihitu pulau Ambon yang merupakan daerah transit para pelaut dan pedagang yang akan menuju ke Selatan (Banda Neira) dan Utara (Ternate), ditemukan pula tradisi lisan yang sama. Menurut tradisi lisan setempat bahwa pembawa agama Islam di Laihitu konon bernama Ali Zainal Abidin yang dihubungkan nazabnya dengan Nabi Muhammad SAW. Selain itu Imam Rijali (penulis Hikayat Tanah Hitu) dan juga tradisi lisan menyebutkan nama Syeh Maulana Abubakar Nasidik yang berasal dari Tuban, menjadi imam dan penguasa pertama di Hitu (Leirissa, 1999).

Selain itu sumber-sumber Portugis yang tiba di Maluku pada tahun 1512 mencatat agama Islam telah ada di Ternate sejak tahun 1460. Hal yang sama dikatakan oleh Tome Pires bahwa Banda, Makian, Hitu,  dan Bacan sudah terdapat masyarakat Islam sejak kira-kira 50 tahun sebelum Portugis tiba. Diperkirakan pada tahun 1460 atau 1465. Pernyataan dari sumbersumber Portugis ini memberi kesan kuat bahwa Islam telah melembaga dalam kehidupan masyarakat lokal di beberapa tempat tersebut diatas, dan bukan bermakna kehadiran Islam untuk pertama kalinya di tempat-tempat itu.  

Kendati terdapat berbagai versi mengenai cerita masuknya Agama Islam di Maluku dan Maluku Utara, ada dua hal yang dapat disimpulkan tentang hal itu, yakni; 

1. Pengaruh Islam telah hadir di kepulauan Maluku  sejak pertama tahun hijriah. Namun kemungkinan  besar bahwa pada masa awal itu, Islam hanyalah merupakan agama yang dianut oleh para musafir muslim yang singgah di perairan dan Bandar-bandar penting, seperti Ternate, Banda dan Hitu. 

Dalam konteks itu perlu dipertimbangkan pula eksistensi pedagang-pedagang muslim yang sambil berdagang, menyiarkan agama sekaligus menikah dengan puteri-puteri lokal untuk kemudian membentuk suatu kesatuan masyarakat muslim di tempattempat yang dikunjungi terutama di Ternate sebagai pusat perdagangan cengkih dan Banda sebagai pusat perdagangan pala dan fulinya.

Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa kedua komuditi inilah yang menarik para pedagang asing menjelajah nusantara. Ini berarti masuknya Islam ke Maluku tidak hanya melalui Jawa dan Aceh saja, tetapi justeru Maluku menjadi pintu masuk Islam melalui jalur Utara. 

2. Masuknya Islam di Maluku dan Maluku Utara berlangsung dalam waktu yang hampir bersamaan. Namun proses pelembagaan Islam dalam kehidupan pemerintahan, baru terwujud puluhan tahun atau mungkin ratusan tahun berikutnya.  Perubahan bentuk Kolano menjadi Kesultanan dan pembentukan pemerintahan konfederasi di Banda dan Hitu yang bercorak Islam dapat terwujud bilamana Islam telah melembaga dalam kehidupan masyarakatnya.





Sumber:
Thalib, Usman. (2012). Sejarah Masuknya Islam di Maluku. Ambon:BPSNT Ambon 
Proses Islamisasi di Maluku Proses Islamisasi di Maluku Reviewed by Rizqi Awan on 16.28 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.