Kerajaan Gowa Tallo dan Penjelasannya secara Singkat
Sejarah Singkat
Kerajaan Gowa Tallo-Kerajaan Gowa-Tallo atau yang biasa disebut kerajaan
Makassar adalah salah satu kerajaan Islam di Sulawesi yang menerima Islam
sebagai agama resmi kerajaan dan merupakan integrasi (penyatuan) dari kerajaan
Gowa dan Tallo. Berdasarkan sejarahnya, Sultan Hasanudin selaku pimpinan kerajaan
Gowa-Tallo berhasil menjadikan wilayah kerajaan sebagai pusat perdangan
Indonesia bagian Timur. Tidak hanya itu saja, kerajaan Makassar juga berhasil
mengIslamkan seluruh kerajaan-kerajaan di sekitar mereka. Untuk mengetahui
lebih jauh mengenaii kerajaan Gowa-Tallo atau Makassar, ada baiknya simak
artikel berikut ini.
Awal Integrasi Kerajaan
Jika ditinjau dari sisi
historisnya, kerajaan Makassar terbentuk dari gabungan dua kerajaan tersebut
yaitu Gowa dan Tallo. Terbentuknya kerajaan Gowa sendiri diawali dengan adanya
sembilan komunitas kesukuan (Parang-Parang
, Tombolo, Data
,Lakiung, Saumata,
Bissei, Agangjene , Kalli dan Sero). Sembilan kelompok suku itu
kemudian lebih dikenal dengan nama Bate Salapang (sembilan bendera).
Pada perkembangannya Bate
Salapang menjadi pusat kerajaan Gowa. Kelompok-kelompok itu akhirnya
bergabung menjadi satu untuk memilih seorang pemimpin yang mempunyai tugas
mengatur hubungan antar komunitas. Untuk menjalankan tugas itu maka Tumanurung
bersama suaminya Karaeng Bayo ditunjuk untuk memimpin Gowa. Bahkan menurut
tradisi Gowa, Tumanurung dianggap sebagai pendiri istana Gowa.
Dalam tahun-tahun berikutnya muncul kedekatan hubungan antar
Gowa dan Tallo. Letak kerajaan Tallo berbatasan dengan kerajaan Gowa dan selalu ingin bersatu
dengan Gowa, sehingga kedua kerajaan ini sering disebut sebagai kerajaan
kembar. Adanya kedekatan hubungan ini menyebabkan Karaeng Gowa ke-9 yakni Tumaparisi Kallonna yang memerintah
pada awal abad ke-16, memiliki ide untuk menggabungkan kedua kerajaan tersebut menjadi
satu nama kerajaan, yaitu kerajaan Makassar. Pemberian nama Makassar diambil
berdasarkan letak pusat kerajaan yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan.
Walaupun ada pendapat yang menyatakan bahwa pusat kerajaan Makassar terletak di
Sombaopu.
Bersatunya kerajaan Gowa dan Tallo bersamaan pula dengan
proses Islamisasi di Sulawesi Selatan. Islam mulai memasuki daerah Sulawesi
Selatan setelah kerajaan Makassar kedatangan ulama dari Sumatra yang bernama Datu’ Sulaeman dan Datu’
Ri Bandang. Setelah kedatangan para ulama itu kerajaan Makassar memperoleh
sebutan kesultanan Makassar di tahun 1605.
Pemimpin Makassar pada masa itu adalah I Manga’rangi Daeng
Manrabbi yang dibantu oleh I Karaeng Matoaya dari Tallo. Setelah menjadi
muslim, gelar yang di sandang oleh Daeng
Manrabbi adalah Sultan Alauddin
(1591-1638), sementara gelar untuk Karaeng
Matoaya adalah Sultan Abdullah
yang dipercaya sebagai patih kerajaan Makassar.
Terdapat catatan menarik dalam proses masuknya Islam di
Sulawesi Selatan, bahwa sebelum raja memeluk Islam, sudah ada orang Islam
sebagai pedagang di Gowa jauh sebelum itu. Ketika utusan Portugis datang ke
Gowa pada tahun 1540, mereka telah mendapati beberapa orang slam berdiam di
Gowa, tetapi mereka datang dari daerah lain. Laporan dari orang Portugis ini dibuktikan
dengan banyak pedagang lain melarikan nasibnya ke daerah lain, di antaranya ke
Makassar.
Perkembangan Awal
Kerajaan Gowa-Tallo sesudah masuknya Islam
Keputusan penguasa kerajaan Gowa-Tallo untuk memeluk agama
Islam mempunyai dampak yang sangat penting baik bagi kehidupan rakyat maupun
kehidupan politik bagi masa depan Sulawesi Selatan. Dampak yang lain adalah
menjadikan kerajaan Makassar sebagai penguasa yang tidak tertandingi di
Sulawesi Selatan.
Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, tidak segan
kerajaan Gowa dan Tallo berusaha
mengIslamkan para penguasa lain yang ada di Sulawesi Selatan. Langkah pertama
untuk merealisasikan tujuannya adalah untuk mengajak Bone dan Soppeng memeluk
agama Islam, sayangnya kedua kerajaan itu menolak. Penolakan ini menyebabkan
terjadinya peperangan antara kerajaan Gowa-Tallo melawan Tellumpocco (kerajaan gabungan Soppeng, Wajo, dan Bone).
Ketika awal peperangan berlangsung, Tellumpocco menjadi
pihak yang memenangkan perang.
Namun pada tahun 1609 M tatkala perang kembali
pecah, pihak kerajaan Makassar lah yang mendapatkan kemenangan. Dengan
kemenangan ini Soppeng bersedia menganut agama Islam pada tahun 1609 M,
kemudian diikuti oleh Wajo pada 10 Mei 1610 M, dan oleh Bone pada 23 November
1611 M. Sultan Alaudin meninggal pada tahun 1638 M dan digantikan oleh Sultan
Muhammad Said.
Kejayaan Kerajaan
Gowa-Tallo
Setelah sultan Alaudin meninggal, sultan Muhammad Said
(1639-1653) naik tahta menjadi raja kerajaan Makassar, dengan dibantu Karaeng
Pattingaloang. Ketika Sultan Muhammad Said memerintah, kerajaan Makassar
mengalami perkembangan luar biasa dan mencapai puncaknya di bawah pemerintahan
Sultan Hasanuddin (1653-1669). Nama Sultan Muhammad Said sendiri terkenal
sampai ke berbagai wilayah di Asia, bahkan sampai ke Eropa. Hal ini disebabkan
karena jasa-jasa Karaeng Pattingaloang yang pandai melakukan diplomasi.
Pengganti Sultan Muhammad Said adalah anaknya, yang bernama
Hasanuddin. Sultan Hasanudin lahir pada tanggal 12 Januari 1613, dan meninggal
pada tanggal 12 Juni 1670. Dia menjadi raja Gowa ke-16 dan sebagai raja
Makassar yang ke-3. Nama kecil Hasanuddin adalah I Mallombassi, setelah
menginjak dewasa mempunyai gelar Daeng Mattawang.
Sebelum Hasanuddin naik
tahta, dia pernah menjabat sebagai raja negeri Bonto Mangape dan pernah
juga duduk dalam dewan kerajaan sebagai Karaeng yang mengurusi pendidikan
anak-anak bangsawan.
Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar
mencapai masa kejayaannya. Kerajaan Makassar berhasil menguasai kerajaan-kerajaan
kecil di Sulawesi Selatan, seperti Wajo , Bone, Luwu, Soppeng. Ia berkeinginan
untuk menjadikan kerajaan Makassar sebagai pusat kegiatan perdagangan bagian
Timur. Untuk mewujudkan hal tersebut, Sultan Hasanuddin menyerang dan menguasai
daerah-daerah di Nusa Tenggara, seperti daerah Flores dan Sumbawa. Hasilnya, perdagangan dan pelayaran di kawasan sekitar
Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara di bawah kendali kerajaan Gowa-Tallo.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Gowa-Tallo
(Makassar) menjadi pusat perdagangan Indonesia Timur:
1. Politik Sultan Agung yang bersifat agraris dan non
maritim banyak melemahkan armada laut di pantai utara Jawa.
2. Letaknya strategis untuk aktivitas perdagangan, yaitu di
tengah-tengah jalan dagang nasional dan pada zaman Indonesia Hindu, selat
Makassar sudah menjadi akses dagang internasional.
3. Terdapat gugusan pulau yang dapat melindungi pelabuhan
dari angin maupun gelombang besar dan kerajaan Gowa-Tallo terletak di muara
sungai .
4. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis di tahun 1511 M
menyebabkan banyak orang memindahkan tempat perdagangan ke daerah-daerah yang
belum dikuasai asing.
Sumber: http://wawasansejarah.com/kerajaan-makassar/
Kerajaan Gowa Tallo dan Penjelasannya secara Singkat
Reviewed by Rizqi Awan
on
15.46
Rating:
Tidak ada komentar: