Proses Awal Masuknya Islam di Kalimantan

Islamisasi Kalimantan

A. Masuknya Islam di Kalimantan Barat
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Sendam, 1970:35 “Islam masuk di Kalimantan Barat yaitu sekitar abad 15 M, melalui perdagangan dan tidak melalui organisasi misi, tetapi merupakan kegiatan perorangan”. Para penyiar agama Islam ini datang sambil berdagang di Kalimantan dengan menyusuri sungai-sungai besar, secara berangsur-angsur pengaruh Islam pun masuk ke seluruh wilayah Kalimantan.

Salah seorang yang menyebarkan agama Islam di kalimantan barat ialah Habib Husein Al-Kadri, beliau berasal dari Hadramaut (daerah bagian selatan jazirah arab). Penduduk Hadramaut gemar berdagang dan berlayar karena letak daerahnya yang berada di ujung selatan Jazirah Arab di teluk Aden yang merupakan jalur pelayaran internasional (Rahman, 2000:13). Kegemaran penduduk Hadramaut tersebut yang kemudian memicu hasrat Habib Husein untuk berlayar lebih jauh ke negeri timur dimana banyak terdapat keraajan beragama Islam.

Hasratnya tersebut diperkukuh oleh tiga orang seperguruannya yaitu, Sayid Abu Bakar Alaydrus, Sayid Umar Bachsan Assegaf, dan Sayid Umar Muhammad Ibnu Ahmad Quraisy (Rahman, 2000:14-15). Sahabat dari Habib Husein ini menetap di Aceh, Siak, dan di Semenanjung Malayu. Habib Husein sendiri meneruskan pelayaran ke Pulau Jawa yaitu di daerah Semarang. Selama dua tahun tinggal di Semarang, kemudian ia melanjutkan ke daerah Sukadana (Matan).Kemudian ia menikah dengan putri raja Matan, yaitu Nya’i Tua yang kemudian memiliki empat orang anak, yang salah satunya bernama Syarif Abdurahman Al-Kadri.

Setelah menetap 17 tahun di Sukadana, Habib Husein hijrah ke Mempawah atas permintaan raja Opu Daeng Menambun untuk menjadi guru agama disana. Di Mempawah Syarif Abdurahman kemudian menikah dengan putri Opu Daeng, yang bernama Utin Tjandramidi. Habib Husein Al Kadri selama menyebarkan ajaran Islam di Kalimantan Barat telah menjadi mufti peradilan agama Islam di Kerajaan Mempawah selama 15 tahun di kerajaan Opu Daeng Menambun.

Setelah ayahnya wafat, Syarif Abdurahman bersama-sama dengan saudaranya mencari tempat kediaman baru. Syarif Abdurahman pergi bersama saudara-sauranya menyusuri pantai kemudian menuju sungai Kapuas. Ketika menyusuri sungai Kapuas, mereka menemukan sebuah pulau yang kini dikenal dengan nama Batu Layang. Menjelang subuh 14 Rajab 1185 H atau 23 Oktober 1771, mereka sampai pada persimpangan sungai Kapuas dan Landak. Di daerah tersebut Syarif Abdurahman membangun rumah dan tempat ibadah yang sekarang menjadi Istana Qadriyah dan Masjid Sultan Abdurahman. Pada tanggal 8 bulan Sya'ban 1778 M, dengan di hadiri Raja Muda Riau, Raja Mempawah, Landak, Kubu, dan Matan.Syarif Abdurahman dinobatkan sebagai sultan Pontianak dengan gelar Syarif Abdurahman Ibnu Habib Al-Kadri.

        Bukti yang dapat memperjelas masuknya Islam di Kalimantan Barat yaitu: 

1. Melalui Perkawinan
Hal ini dibuktikan dimana adanya perkawinan campuran yang dilakukan oleh orang Muslim dengan non Muslim yang kemudian menjadi muallaf pada kerajaan Pontianak yang rajanya bernama Habib Husein dengan Nya’i Tua putri Dayak dari kerajaan Matan.

2. Melalui Perdagangan
Mayoritas penduduk Kalimantan Barat yang tinggal di daerah pesisir pantai atau sungai. Islam disebarluaskan dan berkembang melalui kegiatan perdagangan mulanya di kawasan pantai seperti Kota Pontianak, Ketapang atau Sambas kemudian menyebar ke perhuluan sungai.

3. Melalui Dakwah
Agama Islam diajarkan secara damai dan salah satunya diajarkan melalui metode dakwah yang dilakukan oleh para mubaligh dan guru. Adapun nama-nama mubaligh dan guru dalam menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat tersebut pada awal abad 20 menurut Mohd Malik (1985:48) diantaranya adalah Haji Mustafa dari Banjar (1917-1918), Syeh Abdurahman dari Taif, Madinah (1926-1932), Haji Abdul Hamid dari Palembang (1932-1937), Sulaiman dari Nangah Pinoh dan Haji Ahmad asal Jongkong. Para mubaligh dan guru agama ini mengajarkan membaca Al-qur’an, fiqih, Hadits, dan ilmu agama islam lainnya, dilakukan di masjid ataupun rumah. Dalam pengajaran membaca Al-qur’an mereka menggunakan metode Baqdadiyah.

4. Melalui Kesenian
Islam disebarkan kepada masyarakat Kalbar juga melalui kesenian tradisional. Ini dapat dibuktikan pada masyarakat di Cupang Gading. Sastra tradisional yang ada di Cupang Gading memperlihatkan adanya nilai-nilai keislaman. Dengan mengkolaborasikan antara nilai Islam dengan nilai kesenian ini memberikan kemudahan dalam menyebarkan Islam itu sendiri. Berpadunya nilai lokal dengan Islam dapat dilihat melalui prosa rakyat yang dikenal dengan istilah bekesah dan melalui kesenian Jepin Lembut (tarian khas sambas) yang ada didaerah Sambas. Dengan berbagai macam kesenian inilah yang kemudian dijadikan media dakwah dalam menyebarkan Islam di Kalbar.

B. Masuknya Islam di Kalimantan Selatan
Menurut A.A. Causes, proses Islamisasi didaerah Banjarmasin terjadi sekitar tahun 1550. Tulisan-tulisan yang membicarakan tentang masuknya Islam di Kalimantan Selatan selalu mengidentikkan dengan beridirnya kerajaan Banjarmasin. Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yang menganut agama Hindu. Peristiwanya ketika terjadi pertentangan di dalam keluarga istana antara pangeran Samudera dengan pamannya pangeran Tumenggung. Raja Sukarama adalah raja pertama dari kerajaan Daha, ketika hampir tiba ajalnya ia berwasiat agar yang menggantikan tahtanya adalah cucunya Raden Samudra. Tentu saja ke empat putra raja Raja Sukarama tidak menerima sikap ayahnya itu, lebih-lebih pangeran Tumenggung yang sangat berambisi setelah Sukarama wafat tahta kerajaan dipegang oleh anak tertuanya pangeran Mangkubumi.

Pangeran Mangkubumi tidak terlalu lama berkuasa, ia terbunuh oleh pegawai istana yang telah berhasil dihasut oleh pangeran tumenggung. Dengan demikian Pangeran Tumenggung lah yang menjadi raja Daha selanjutnya. Saat itu Pangeran Samudra berkelana ke wilayah muara. Ia kemudian diasuh oleh Atas bantuan dari Patih Masih, pangeran Samudera dapat mengumpulkan kekuatan perlawanan. Serangan pertamanya, pangeran Samudra berhasil menguasai Muara Bahan, sebuah pelabuhan strategis yang sering dikunjungi para pedagang luar, seperti dari pesisir Jawa, Gujarat, dan Malaka.

Peperangan terus berjalan berlangsung secara seimbang. Patih Masih mengusulkan kepada Pangeran Samudera kepada kerajaan Demak. Sultan Demak kemudian bersedia membantu asal Pangeran Samudera nanti masuk Islam. Sultan Demak kemudian mengirim seribu pasukan tentara beserta seorang penghulu bernama khatib dayan untuk mengislamkan orang Dayak.

Dalam peperangan itu Pangeran Samudra memenanginya dan menepati janjinya. Setelah masuk Islam Pangeran Samudra diberi nama Sultan Suryanullah atau Sultan Suriansyah yang dinobatkan sebagai raja pertama dari kerajaan Islam Banjar. Kemudian Sultan Suryanullah diganti oleh Sultan Rahmatullah. Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah), dan Sultan Mustafa’inullah. Pada masa Sultan Mustafainullah ibu kota kerajaan dipindah beberapa kali karena kedatangan Belanda menimbulkan Huru-hara.
 
C. Masuknya Islam di Kalimantan Timur
Menurut risalah kutai, dua orang penyebar islam tiba di kutai pada masa pemerintahan raja Mahkota. Mereka adalah Dato’ ri Bandang dari Makassar dan Tuan Tunggang Parangan. Setelah pengislaman itu Dato ri bandang kembali ke Makassar, sementara Tuan Tunggang Parangan tetap di Kutai. Melalui yang terakhir inilah raja mahkota tunduk kepada keimanan islam. Setelah itu, segera dibangun sebuah masjid dan pengajaran agama dapat dimulai. Yang pertama sekali mengikuti pengajaran itu adalah raja Mahkota sendiri, lalu pangeran, para menteri, panglima, dan hulu balang, dan akhirnya rakyat biasa.

Sejak itu, raja mahkota berusaha keras menyebarkan agama Islam dengan Pedang. Proses Islamisasi di Kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575. Penyebaran lebih jauh ke daerah-daerah pedalam dilakukan terutama pada waktu puteranya, Aji di langgar dan penggati-penggantinya meneruskan perang ke daerah Muara Kaman.


Bukti Peninggalan
(Masjid Sultan Syarif Abdurahman di Pontianak)


DAFTAR PUSTAKA
Irsyad, Muhammad. Masuk dan Berkembangnya Islam dan Sejarah Masjid Sultan Abdurahman Pontianak, Kalimantan Barat. 14 Februari 2015. .
Umberan, Musni, dkk. 1977. Sejarah Kebudayaan Kalimantan, Jakarta:Balaipustaka.
Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
Suntiah, Ratu dan Maslani. 2014. Sejarah Peradaban Islam, Bandung:Interes Media.
Proses Awal Masuknya Islam di Kalimantan Proses Awal Masuknya Islam di Kalimantan Reviewed by Rizqi Awan on 06.03 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.